Belajar Dari Perjalanan Ke Eropa Tenggara Mei 2013

Selasa, 14 Mei 2013 jam 15:00 WIB kami bertiga mendarat di terminal 2F bandara Soetta. Selepas kami mengambil bagasi saya dan kedua siswa saya langsung check in ke KLM. Sesampainya di meja petugas, dengan beraninya petugasnya mengatakan pada saya kalau kami tidak boleh berangkat karena ada masalah pada visa kami. Sontak saya ambil nafas panjang-panjang, saya mencoba menjelaskan ke petugas tersebut, bahwa visa kami itu valid dan tidak ada yang salah, sampai saya ulang kalimat saya," Mas, kalau memang ada masalah dengan ijin kami di Romania, semestinya pihak KBRI yang di ROmania dan Kedubes Romania yang di Jakarta akan memberitahukan pada kami sebelum sampai di sini." Dan akhirnya saya bilang ke petugasnya, kami ini membawa nama Indonesia di dunia, dalam ajang kompetisi penelitian di bidang Infomatika tingkan internasional, dan saya tunjukkan dokumen serta brosur kami.

Akhirnya si petugas menghadap ke supervisornya, dan supervisor itu mendatangi saya. Dan saya juga menjelaskan ke supervisornya akhirnya supervisor bilang pada saya bahwa telah terjadi kesalahan pada anak buahnya. Alhamdulillah saya senang dan kami pun bisa check in dan ini pelajaran berharga bagi para petugas di bandara internasional, sebaiknya jangan langsung main ultimatum sebelum membaca informasi (regulasi) yang terbaru. Karena hal ini bisa membuat orang menjadi senam jantung dan langsung lemes kalau tidak berbekal informasi yang jelas dan akurat. Begitu selesai check in kami bertiga mengaktifkan paspor dan langsung menuju ke terminal 2D tempat kami akan terbang ke Belanda.

Tepat jam 18:20 WIB kami terbang via KLM menuju ke Amsterdam, Belanda dan transit ke Kuala Lumpur, Malaysia. Sebelum terbang biasa kami harus melewati pemeriksaan ketat para petugas bandara terkait dengan barang bawaan kami. Di semua bandara yang kami singgahi memang tidak mengijinkan membawa benda cair ke dalam cabin pesawat. Selama di singgah di Malaysia sekitar 30 menit kami sempat ke toilet dan melihat kereta yang mengangkut para penumpang. Saya langsung berasumsi kenapa negara kita belum bisa seperti ini ya? Menyediakan air minum dari kran yang langsung bisa diminum, teknologi yang disediakan sebagai fasilitas bandara.

Setelah 30 menit belalu kami naik pesawat lagi menuju ke Schipol, Amsterdam. Di dalam pesawat kurang lebih 16 jam lamanya, akhirnya sekitar jam 8 pagi waktu Amsterdam kami mendarat di Schipol, Amsterdam, Belanda untuk yang pertama kalinya. Setibanya di sana saya langsung kena pilek, suara saya serak. Suhu di Schipol waktu itu 6 derajat celcius, cukup dingin buat saya. Di sana syarat dengan teknologi dan self service, semuanya swalayan kecuali ketika pengecekan barang bawaan ke cabin pada saat akan naik pesawat. Alhamdulillah kami bertiga tidak gaptek dan cukup pro-aktif mencari informasi dengan membaca di layar monitor yang disediakan. Itu pengalaman pertama kami mendara di negara maju, Eropa barat. Berbekal informasi yang tertera di layar monitor, akhirnya kami putuskan untuk check in terlebih dahulu via komputer yang tersedia di bandara di setiap terminal. Dan kami pun mencetak tiket boarding pass kami masing-masing sebanyak 2 X karena yang satunya lagi untuk koleksi saja.

Bandara Schipol luar biasa luasnya, dari terminal tempat kami mendarat dengan terminal keberangkatan kami sekitar 20 terminal lebih yang harus kami lewati. Beruntung ketika berangkat dari Indonesia waktunya agak longgar. Jam 08:50 WIB kami pun borading pas bermodalkan tiket yang telah kami cetak sebelumnya. Biasa lagi-lagi pengecekan ketat oleh petugas. Sempat obat herbal, tolak angin saya akan disita oleh petugas dan harus dibuang, tetapi setelah saya jelaskan akhirnya petugas mengijinkan untuk saya bawa dan dimasukkan kembali ke tas saya olehnya. Kurang lebih 4 jam, sekitar jam 2 siang waktu Bucharest, pertama kalinya kami mendarat di bandara Henri Coanda, Otopeni, Bucharest, Romania.

Dan di sana kami sudah ditunggu oleh 2 orang petugas KBRI. Di bandara kami juga mengalami sedikit kendala. Saya diwawancara oleh petugas keimigrasian setempat dan saya tunjukkan dokumen kami lengkap dengan surat undangan resmi dari penyelenggara Infomatrix 2013. Kami sempat tertatahan sekitar 30 menit karena petugasnya butuh konfirmasi atas kedatangan kami ke pihak panitia. Seraya menuggu konfirmasi oleh petugas bandara tersebut saya coba minta bantuan ke KBRI, tetapi mereka bilang tidak bisa membantu, kami mesti berjuang sendiri.



Alhamdulillah saya berhasil menghubungi panitia Infomatrix 2013, dan ternyata petugas bandaranya juga sudah mendapat jawaban atas konfirmasi ke panitianya, kami pun diijinkan melanjutkan perjalanan. Kesan pertama saya menginjakkan bumi Bucharest adalah "pretty warm" memang mataharinya terlihat terik tapi suhunya tidak panas, sekitar 28 derajat celcius, cukup adem lah. Kami pun tiba di tempat acara, tepatnya di Lumina University. Dan kedatangan kami disambut oleh para panita, dan kami bilang ke petugas KBRI kalau kami akan menginap di asrama miliknya mahasiswa Turki yang ada di sana atas ijin panitianya.

Malam pertama kami di sana memang belum dimulai acaranya, dan saya pun berpisah dengan kedua siswa saya. Karena antara asrama laki-laki dan perempuan terpisah lumayan jauh. Saya sengaja membuat skedul sendiri di luar jadwal resmi, yaitu H-1 dan H+1 dengan tujuan untuk menyiapkan mental dan fisik karena perbedaan waktu dan mengantisipasi jetlag. Nah selama di Bucharest, benar-benar mengasah kemampuan saya dalam berbicara menggunakan bahasa Inggris. Dan ternyata di Romania tak banyak orang yang bisa berbahasa Inggris.

Saat saya membeli makanan dan simcard (kartu operator seluler) setempat, sempat bertanya ke orang Romania, ternyata dia tidak bisa berbahasa Inggris. Alhasil saya berjalan lagi mencari toko atau warung yang orangnya bisa berbahasa Inggris. Oh iya, sebelumnya pas hari pertama dijemput oleh petugas KBRI saya sempatkan untuk menukar uang dollar yang saya bawa ke mata uang lokal negara Romania, Lei. Dengan bekal uang Lei itulah saya memberanikan diri berbelanja dan membeli keperluan kami, terutama air minum dan makanan.

Ketika saya pertama kali berkenalan dengan orang Romania, yang bernama Mrs. Tuba agak susah memang spelling namanya. Tapi saya senang akan keramahannya dan logat bahasa Inggrisnya yang sangat jelas dan mudah saya pahami. Dengan dialah kami di bawa ke tempat acara dan diberitahukan arena stand untuk kami pameran selama tanggal 16-20 Mei 2013. Selesainya kami dari keliling di arena perlombaan kami pun diajak Mrs. Tuba untuk makan siang. Itu pertama kalinya kami makan makanan orang Romania yang sudah terpengaruh oleh makanan Turki.

Komentar